CuTe :)
Posted by Hello
Saturday, May 07, 2005
Harga Diesel dan Petrol
Sebab utama kerajaan memutuskan untuk menaikkan harga diesel dan petrol, masing-masing sebanyak 20 dan 10 sen adalah untuk mengurangkan kegiatan penyeludupan bahan bakar tersebut. Ini berdasarkan kepada kenyataan Pejabat Perdana Menteri sepertimana dilaporkan oleh semua media utama hari ini.
Berdasarkan laporan media tersebut, adalah jelas bahawa kerajaan menggunakan alasan membanteras penyeludupan sebagai asas utama kenaikan ini.
Soalan paling pokok di sini ialah kenapa rakyat sebagai pengguna, perlu menerima beban dari kelemahan penguatkuasaan ke atas penyeludupan? Mengapa isu kegagalan mencegah penyeludupan dicampurkan dengan isu kenaikan harga bahan bakar?
Ia sebenarnya dua isu yang sepatutnya berbeza. Lagipun, kenaikan tersebut dikatakan masih meletakkan harga bahan bakar di negara ini masih terendah berbanding negara jiran. Dan ini tentunya tidak akan mencegah penyeludupan daripada terus berlaku. Isu penyeludupan mesti diatasi dengan penguatkuasaan, bukannya dengan kenaikan harga minyak. Isu kedua ialah apakah faedah yang diperolehi negara kita sebagai pengeluar minyak hasil pertambahan pendapatan daripada kenaikan harga minyak dunia?
Mengapa jumlah kenaikan pendapatan yang diperolehi ekoran kenaikan harga minyak kita yang diuruskan oleh Petronas, tidak dapat digunakan untuk menampung kenaikan subsidi supaya tahap kestabilan ekonomi negara dapat dikekalkan? Perlu diingat bahawa salah satu sebab Petronas ditubuhkan pada tahun 70-an ialah untuk menangani krisis kenaikan harga minyak dunia di negara ini.
Lantaran itu, Petronas seharusnya tidak menjadi badan tunggal menikmati keuntungan besar daripada kenaikan harga minyak dunia, malah keuntungan itu perlu digunakan sebagai pengimbal untuk menstabilkan harga bahan bakar di pasaran tempatan.
Dalam keghairahan kerajaan membenarkan kenaikan ini sebagai cara melepaskan geram ke atas penyanggak diesel, kerajaan juga harus mempertimbangkan kesannya ke atas kehidupan rakyat dan ekonomi negara, kerana:
1) Terdapat petani dan nelayan kecil yang terpaksa menampung kos tambahan akibat kenaikan harga itu;
2) Kenaikan ini tidak syak lagi akan memaksa kenaikan harga barangan dan perkhidmatan lain, yang bermakna kenaikan kos sara hidup;
3) Ia boleh melemahkan lagi dayasaing negara di peringkat serantau; dan
4) Akhirnya, kerajaan terpaksa menaikkan gaji dan menampung kos pentadbiran yang meningkat akibat kenaikan kos sara hidup tadi. Saya dengan ini mencadangkan supaya kedudukan hasil minyak negara disesuaikan dengan keperluan negara untuk mewujudkan ekonomi yang lebih stabil dan selesa, bagi faedah seluruh rakyat.
Read those Banned Books!!
On TV and print media, just when we are about to think of how farmers can sustain themselves through traditional means, we came up with a national bio-technology policy, without having a debate on the nature of the Frankenstein in us.
We need skills of reading TV. Reading and watching TV is like the difference between the Athenian teacher named Socrates and the American tele-product called Seinfeld. One is a philosopher of everything; one is a philosophy of nothing.
We need to start reading Socrates instead of attempting to imitate Seinfeld.
People worship artistes more than scholars. People want to know more about actors more than trying to understand what acts they are performing in life. If watching these artistes on TV is not enough, people read tabloid magazines to find out what these artistes are doing.
Whoever invented the word ‘star’ to describe these human creations of the media must be credited for inventing a sophisticated language of mental colonization.
We need skills of reading TV. Reading and watching TV is like the difference between the Athenian teacher named Socrates and the American tele-product called Seinfeld. One is a philosopher of everything; one is a philosophy of nothing.
We need to start reading Socrates instead of attempting to imitate Seinfeld.
People worship artistes more than scholars. People want to know more about actors more than trying to understand what acts they are performing in life. If watching these artistes on TV is not enough, people read tabloid magazines to find out what these artistes are doing.
Whoever invented the word ‘star’ to describe these human creations of the media must be credited for inventing a sophisticated language of mental colonization.
How about leadership by example in education?
If we observe the educational backgrounds of those most zealous Umno leaders who now champions of the ‘national’ education system, we cannot fail to find that most of them are not products of the system they claim to be the best for ‘national integration’, ‘national unity’ and what not.
Najib Abdul Razak, Hishammuddin Hussein and Khairy Kamaluddin, for example, are products par excellence from the education system of Malaysia’s former colonial master.
Why didn’t their parents send them to Universiti Malaya, Universiti Kebangsaan Malaysia or Universiti Sains Malaysia?
Why did former prime minister Abdul Razak send Najib to Britain for secondary schooling and not to local and ‘national’ secondary schools? Why did former prime minister Dr Mahathir Mohamad and current prime Minister Abdullah Ahmad Badawi send their sons and daughters overseas for higher education and not to UM, UKM or USM?
Indeed, the same question can be asked of most of the Umno, Umno Youth, Wanita Umno and Puteri Umno leaders as well not forgetting their senior sycophants and minions in the media, academia and bureaucracy.
The point I’m trying to make is not that Western or British education is not good. Rather, it is the hypocrisy of the highest order shown by these national leaders.
Indeed, if we also observe carefully, it is often these Anglised and neo-colonial Umno elites who appear to the most ‘nationalistic’ in their rhetoric and stage-managed appearance in domestic politics in their attempts to excite and dupe their vernacular-educated constituents.
If they themselves have no confidence in the local or so-called ‘national’ education system, why do they insist that it is the best for the children and grandchildren of ordinary Malaysians?
Have we forgotten the slogan of ‘leadership by example’?
Najib Abdul Razak, Hishammuddin Hussein and Khairy Kamaluddin, for example, are products par excellence from the education system of Malaysia’s former colonial master.
Why didn’t their parents send them to Universiti Malaya, Universiti Kebangsaan Malaysia or Universiti Sains Malaysia?
Why did former prime minister Abdul Razak send Najib to Britain for secondary schooling and not to local and ‘national’ secondary schools? Why did former prime minister Dr Mahathir Mohamad and current prime Minister Abdullah Ahmad Badawi send their sons and daughters overseas for higher education and not to UM, UKM or USM?
Indeed, the same question can be asked of most of the Umno, Umno Youth, Wanita Umno and Puteri Umno leaders as well not forgetting their senior sycophants and minions in the media, academia and bureaucracy.
The point I’m trying to make is not that Western or British education is not good. Rather, it is the hypocrisy of the highest order shown by these national leaders.
Indeed, if we also observe carefully, it is often these Anglised and neo-colonial Umno elites who appear to the most ‘nationalistic’ in their rhetoric and stage-managed appearance in domestic politics in their attempts to excite and dupe their vernacular-educated constituents.
If they themselves have no confidence in the local or so-called ‘national’ education system, why do they insist that it is the best for the children and grandchildren of ordinary Malaysians?
Have we forgotten the slogan of ‘leadership by example’?
Friday, May 06, 2005
PETER PAN - MUNGKIN NANTI
PETER PAN - MUNGKIN NANTI
Saatnya ku berkata mungkin yang terakhir kalinya
Sudahlah lepaskan semua kuyakin inilah waktunya
Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi
Mungkin saja rasa itu telah pergi
Dan mungkin bila nanti kita kan bertemu lagi
Satu pintaku jangan kau coba tanyakan kembali
Rasa yang kutinggal matiSeperti hari kemarin saat semua disini
Dan bila hatimu termenung bangun dari mimpi2mu
Membuka hatimu yang dulu cerita saat bersamaku
Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi
Mungkin saja rasa itu telah pergi
Dan mungkin bila nanti kita kan bertemu lagi
Satu pintaku jangan kau coba tanyakan kembali
Rasa yang kutinggal mati
Seperti hari kemarin saat semua disini
Tak usah kau tanyakan lagi simpan untukmu sendiri
Semua sesal yang kau cari semua rasa yang kau beri
Nice song. Believe it or not, Indonesian produce better songs and lyriks. Dari segi penulisan sajak, puisi, cerpen, novel ataupun lirik lagu. They have their own originality.Their own identity. Mungkin, disebabkan mereka ini tak takut. Able to take risks. Diorang ni cool macam Dewa. Takde yang kecoh-kecoh.Calm...compose....
Yg Satu...
just came thru my mind...
Ketika belahan hatimu terbang dibawa angin timur
Yakinlah bahwa angin barat akan membawanya pulang
Meskipun hanya berupa sepenggal harap tak mati
Berharaplah terus agar engkau bertahan
Harapan itulah yang menumbuhkan keyakinan
Keyakinan yang akan membuatmu tahan uji
Sehingga bila tiba saatnya engkau berhenti
Bukan karena engkau putus asaTapi karena engkau sudah melupakan
Walaupun ada air mata
Janganlah kau biar hatimu terluka
Sebab luka akan membuattangismu seperti orang yang tak mengenal
Tuhan
Ketika belahan hatimu terbang dibawa angin timur
Yakinlah bahwa angin barat akan membawanya pulang
Meskipun hanya berupa sepenggal harap tak mati
Berharaplah terus agar engkau bertahan
Harapan itulah yang menumbuhkan keyakinan
Keyakinan yang akan membuatmu tahan uji
Sehingga bila tiba saatnya engkau berhenti
Bukan karena engkau putus asaTapi karena engkau sudah melupakan
Walaupun ada air mata
Janganlah kau biar hatimu terluka
Sebab luka akan membuattangismu seperti orang yang tak mengenal
Tuhan
Hargailah usaha Pak Lah untuk Bangsa M’sia
Selaku seorang warganegara Malaysia yang beragama Islam, yang berpegang kepada ajaran agama rasmi kami, saya merasa amat kesal dan dukacita mendengar kenyataan Datuk Seri Lim Keng Yaik yang mencadangkan bahawa pendidikan nasional yang berdasarkan kepada agama diketepikan sebelum perlaksanaan pengajaran bahasa Mandarin dan Tamil di sekolah kebangsaan di bawah Rancangan Malaysia Kesembilan.
Padahalnya, sebagai seorang menteri kabinet kanan, beliau perlu menyokong dasar-dasar kerajaan di bawah gabungan padu Barisan Nasional, untuk membangunkan satu sistem pelajaran nasional yang utama, berkesan dan unggul untuk kita menghadapi cabaran-cabaran globalisasi dan kemajuan teknologi (ICT) pada abad ke-21 yang semakin mencabar.
Sebaliknya, beliau juga perlu peka terhadap hasrat kerajaan amnya untuk membina sebuah bangsa dan negara yang maju, makmur dan bersatu-padu demi kepentingan negara. Apa telah terjadi dengan sahabat perjuangan kita Datuk Seri Lim Keng Yaik?
Sebagai seorang penyokong kuat kerajaan Barisan Nasional, saya ingin mengambil kesempatan ini untuk menyatakan syabas dan sokongan kepada Perdana Menteri Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi dan Timbalan beliau, Datuk Seri Najib Tun Razak, yang telah membalas kenyataan Keng Yaik dengan cepat dan tepat.
Kenyataan kedua-dua pemimpin kita ini adalah amat penting sebelum sesuatu pihak yang mungkin mengambil kesempatan untuk mengpolitikkan isu ini atas agenda peribadi masing-masing. Maklumlah, pemilihan pucuk pimpinan parti mereka semakin dekat untuk mengekalkan kuasa dan kedudukan dalam parti masing-masing. Akan tetapi pemilihan parti Umno masih jauh lagi.
Akhir kata, saya harap kenyataan Keng Yaik yang mengejutkan itu hanyalah dibuat secara peribadi dan bukan sebagai suara rasmi dan dasar parti Gerakan.
Berdasarkan kepada kenyataan Keng Yaik itu, sudah jelas beliau tidak langsung memahami konsep utama perjuangan Pak Lah yang berkempen keras untuk menjelaskan prinsip-prinsip Islam Hadhari ke arah mencapai satu bangsa dan budaya Malaysia yang berwawasan tinggi untuk semua rakyat yang cintakan negara ini.
Malaysia boleh dan akan terus berjaya melalui perpaduan padu yang tidak berbelah-bagi antara rakyatnya yang berbilang bangsa, agama dan budaya.
Padahalnya, sebagai seorang menteri kabinet kanan, beliau perlu menyokong dasar-dasar kerajaan di bawah gabungan padu Barisan Nasional, untuk membangunkan satu sistem pelajaran nasional yang utama, berkesan dan unggul untuk kita menghadapi cabaran-cabaran globalisasi dan kemajuan teknologi (ICT) pada abad ke-21 yang semakin mencabar.
Sebaliknya, beliau juga perlu peka terhadap hasrat kerajaan amnya untuk membina sebuah bangsa dan negara yang maju, makmur dan bersatu-padu demi kepentingan negara. Apa telah terjadi dengan sahabat perjuangan kita Datuk Seri Lim Keng Yaik?
Sebagai seorang penyokong kuat kerajaan Barisan Nasional, saya ingin mengambil kesempatan ini untuk menyatakan syabas dan sokongan kepada Perdana Menteri Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi dan Timbalan beliau, Datuk Seri Najib Tun Razak, yang telah membalas kenyataan Keng Yaik dengan cepat dan tepat.
Kenyataan kedua-dua pemimpin kita ini adalah amat penting sebelum sesuatu pihak yang mungkin mengambil kesempatan untuk mengpolitikkan isu ini atas agenda peribadi masing-masing. Maklumlah, pemilihan pucuk pimpinan parti mereka semakin dekat untuk mengekalkan kuasa dan kedudukan dalam parti masing-masing. Akan tetapi pemilihan parti Umno masih jauh lagi.
Akhir kata, saya harap kenyataan Keng Yaik yang mengejutkan itu hanyalah dibuat secara peribadi dan bukan sebagai suara rasmi dan dasar parti Gerakan.
Berdasarkan kepada kenyataan Keng Yaik itu, sudah jelas beliau tidak langsung memahami konsep utama perjuangan Pak Lah yang berkempen keras untuk menjelaskan prinsip-prinsip Islam Hadhari ke arah mencapai satu bangsa dan budaya Malaysia yang berwawasan tinggi untuk semua rakyat yang cintakan negara ini.
Malaysia boleh dan akan terus berjaya melalui perpaduan padu yang tidak berbelah-bagi antara rakyatnya yang berbilang bangsa, agama dan budaya.
Alkisah 10 banglo mewah di seksyen 7...
Ehem, ada orang dapat rumah baru awal bulan ini. Bukan sahaja besar, cantik dan eksklusif malah cukup dengan rumah kelab. Ada kolam renang lagi. Itulah, tuah ayam nampak di kaki tapi tuah manusia berumah banglo. Begitulah bertuahnya nasib tujuh anggota exco kerajaan negeri Selangor dan tiga orang pegawai kanan negeri.
Masing-masing dapat banglo mewah yang baru siap di seksyen 7 Shah Alam. Kunci sudah diserahkan pada 1 Mei lalu. Tidak lama lagi kawasan perumahan mewah di atas kawasan seluas 2.6 hektar itu, akan riuh rendah dengan keluarga ahli politik dan kakitangan awam itu.
Pihak akhbar telah dilarang membuat liputan majlis penyerahan kunci yang diadakan di perkarangan kawasan perumahan eksklusif itu, Ahad lalu. Entah apa yang ditakuti kita tidak tahu. Entah apa yang hendak disembunyikan atau dirahsia pun, kita kurang arif.
Mungkin kerajaan negeri Selangor sudah serik kerana pembinaan banglo itu telah menjadi isu kontroversi tidak lama dulu. Maka majlis tersebut diadakan secara tertutup. Tidak perlu publisiti murahan yang mungkin mengundang kontroversi sekali lagi.
Pembinaan 10 buah banglo itu menjadi heboh dulu kerana kosnya dikatakan terlalu tinggi, hingga mencecah RM40 juta. Akhirnya Menteri Besar, Datuk Seri Dr Khir Toyo terpaksa tampil membuat penjelasan bahawa kosnya tidak sebanyak itu. Menurut beliau, hanya RM21 juta sahaja!
Namun, kalau Dr Khir menyangka penjelasannya itu telah berjaya menutup kontroversi itu, beliau sebenarnya tersilap. Isu ini masih diperkatakan. Kalau tidak, masakan semua akhbar memaparkan cerita penyerahan kunci itu dengan meluasnya. Lengkap dengan gambar berwarna perkarangan banglo dan rumah kelab yang santai dengan kolam renangnya.
Masing-masing dapat banglo mewah yang baru siap di seksyen 7 Shah Alam. Kunci sudah diserahkan pada 1 Mei lalu. Tidak lama lagi kawasan perumahan mewah di atas kawasan seluas 2.6 hektar itu, akan riuh rendah dengan keluarga ahli politik dan kakitangan awam itu.
Pihak akhbar telah dilarang membuat liputan majlis penyerahan kunci yang diadakan di perkarangan kawasan perumahan eksklusif itu, Ahad lalu. Entah apa yang ditakuti kita tidak tahu. Entah apa yang hendak disembunyikan atau dirahsia pun, kita kurang arif.
Mungkin kerajaan negeri Selangor sudah serik kerana pembinaan banglo itu telah menjadi isu kontroversi tidak lama dulu. Maka majlis tersebut diadakan secara tertutup. Tidak perlu publisiti murahan yang mungkin mengundang kontroversi sekali lagi.
Pembinaan 10 buah banglo itu menjadi heboh dulu kerana kosnya dikatakan terlalu tinggi, hingga mencecah RM40 juta. Akhirnya Menteri Besar, Datuk Seri Dr Khir Toyo terpaksa tampil membuat penjelasan bahawa kosnya tidak sebanyak itu. Menurut beliau, hanya RM21 juta sahaja!
Namun, kalau Dr Khir menyangka penjelasannya itu telah berjaya menutup kontroversi itu, beliau sebenarnya tersilap. Isu ini masih diperkatakan. Kalau tidak, masakan semua akhbar memaparkan cerita penyerahan kunci itu dengan meluasnya. Lengkap dengan gambar berwarna perkarangan banglo dan rumah kelab yang santai dengan kolam renangnya.
Subscribe to:
Comments (Atom)